guree.id, 5 April 2020
Hai sahabat guree.id. selamat berakhir pekan bersama keluarga tercinta Walaupun stay at home yang penting happy.
Hasil penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) atau Program Penilaian Pelajar Internasional tahun 2018 siswa Indonesia lemah di bidang Literasi. Hal itu disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas dengan Mendikbud Nadiem Makarim melalui "video conference" yang dilansir kompas.com edisi 3 April 2020.
Hasil PISA yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic CO-operation and Development) pada tahun 2018 siswa Indonesia mendapat skor 371 di bidang membaca berada diurutan ke 74, skor 379 di bidang matematika dengan urutan ke 73, dan skor 396 bidang sains ada di urutan ke 71 dari 77 Negara.
Kemampuan rendahnya minat baca siswa Indonesia ini adanya kolerasi yang signifikan dengan minat baca Bangsa Indonesia yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2016, minat baca bangsa Indonesia 0,001 %, artinya 1 orang yang membaca setiap 1000 orang.
Data di atas memberikan gambaran yang sangat jelas posisi siswa Indonesia di mata dunia, bagaimana dan langkah apa saja yang harus ditempuh untuk mendongkrak peringkat siswa Indonesia dalam persaingan dunia di bidang literasi, matematika dan sains pada Assesment yang bergengsi PISA.
Untuk itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim akan menyederhanakan kurikulum di segala level. Mungkin saja kurikulum selama ini ada yang belum relevan baik jumlah tatap mukanya atau kontennya yang sarat. Tetapi benar juga sebagian guru ada yang kejar tayang, artinya sangat terburu waktu untuk mengejar kompetensi dasar siswa. Itu dilakukan oleh guru karena tuntutan dari Silabus.
Adapun strategi Mas Menteri untuk meningkatkan nilai PISA adalah: 1) transformasi kepemimpinan sekolah, 2)transformasi pendidikan dan pelatihan guru, 3)mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa, 4)standar penilaian global, dan 5)kemitraan daerah dan masyarakat sipil.
Khususnya meningkatkan literasi menurut Nadiem perlu juga diselaraskan penyaluran buku pada Perpustakaan sekolah. Selama ini fokus kepada buku pelajaran, kurang mendapat perhatian untuk buku referensi lain. Nadiem menambahkan idealnya meningkatkan literasi harus ditanamkan senang membaca kepada peserta didik, maka perlu konten yang menarik. Konten yang menarik dan senang dapat dimasukkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia katanya.
Fakta yang saya dapatkan siswa masuk perpustakaan banyak membaca buku cerita dibandingkan dengan buku pelajaran. Artinya siswa senang membaca cerita yang menarik. Jadi ketersediaan buku pelajaran dan referensi lain harus selaras.
Penyederhanaan kurikulum diharapkan dapat mengurangi beban siswa dan belajar lebih bermakna. Kongkritnya kapan itu, masih dalam kajian tim Kemdikbud.
0 Comments