GUREE.ID, LHOKSEUMAWE, 2 Januari 2021, Indonesia pada tahun 2045 jumlah penduduk diperkirakan mencapai 320 juta jiwa, akan menyumbangkan 64% angkatan kerja, lebih kurang 200 juta orang. Ini merupakan bonus demografi Indonesia di Hut RI ke 100 pada tahun 2045. Kondisi yang demikian merupakan tantangan bagi pemerintah dan dunia pendidikan khususnya dalam mempersiapkan generasi milenial menjadi generasi yang memiliki kompetensi HOTS. Generasi yang dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Generasi yang perlu dipersiapkan adalah generasi yang berjiwa Religius, Nasionalis, berjiwa gotong royong, mandiri dan memiliki integritas yang tinggi. Generasi yang berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif.
Mencermati kondisi hari ini yang jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 140 juta orang, bagaimana di tahun 2045 yang jumlah angkatan kerja diperkirakan mencapai 200 Juta orang. Apakah generasi Indonesia sudah siap bersaing di bursa kerja global, apakah kurikulum pendidikan kita sudah relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan industri. Apakah rasio angkatan kerja dengan lapangan kerja berbanding lurus atau berbanding terbalik. Semua stakeholder pendidikan harus serius memikirkan hal tersebut, jika tidak generasi milenial Indonesia hanya sebagai generasi penonton di Negeri sendiri.
Perguruan Tinggi sebagai pencetak tenaga vokasi dan tenaga ahli pikir bisa bersinergi dengan Dunia Industri dan Dunia Usaha untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing global. Banyaknya program Studi yang ada di Perguruan Tinggi apakah sudah sesuai dengan kebutuhan bursa kerja, ya tentu masing-masing perguruan tinggi memiliki visi dan misinya mengantarkan alumninya menjadi outcome dan multiplying effect dalam berkiprah. Perguruan Tinggi harus bisa melahirkan alumni yang bersertifikasi Internasional dari sisi skill dan berakhlakul karimah, menjunjung integritas.
Peran guru, guru sebagai praktisi pendidikan yang menyentuh langsung dengan peserta didik harus melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skill = HOTS).
Generasi yang kita didik hari ini akan menjadi penentu dan pengambil kebijakan di masa yang akan datang. Pembelajaran yang bermakna yang mengantarkan peserta didik yang kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Pembelajaran yang menitikberatkan kepada keseimbangan antara karakter dan kognitif. Banyak anak pintar dan jenius tapi akhlaknya nihil, tetapi yang kita butuhkan adalah generasi Indonesia yang mandiri, berkualitas, maju dan modern serta dapat berpartisipasi di tengah globalisasi dunia. Cita-cita ini bisa terwujud jika semua kita peduli, Pemerintah,orang tua dan masyarakat atau Stakeholder.
Pada tatanan sekolah guru adakah tokoh kunci untuk melakukan perubahan, Guru adalah agent of change. Melalui bimbingan dengan sepenuh hati dapat menghasilkan generasi Indonesia yang religius,cerdas, produktif, andal dan komprehensif. Sahabat ku guru Indonesia mari kita lakukan inovasi dalam bimbingan dan pembelajaran. Pemberlakuan Asesmen Nasional tahun 2021 bagi peserta didik menjadi tantangan baru bagi Guru. Guru harus membuktikan bahwa hasil didikannya ada perubahan yang signifikan. Untuk menghasilkan perubahan, tentu dengan pembelajaran yang berubah pula. Mulai dari merencanakan, metode dan model serta penilaian harus berubah dari yang sebelumnya. Melalui proses yang maksimal, kita yakin bisa mewujudkan generasi emas tahun 2045.
BACA JUGA:
ASESMEN NASIONAL SURVEY LINGKUNGAN PEMBELAJARAN
PERUNDUNGAN SISWA INDONESIA MENCAPAI 41%
0 Comments