Guree.ID, Lhokseumawe, Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan
seseorang untuk merubah perilaku dari tidak tahu menjadi tahu. Tidak
berpengetahuan menjadi berpengetahuan. Adanya perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang baik pola pikir dan daya nalar sangat tergantung kepada pola belajar
dan daya serap yang dimiliki. Banyak orang yang membaca katanya sedang belajar
tetapi tidak berdampak terhadap perilakunya, ya masih belum berbekas tentang
apa yang dia baca. Belum ada kesan terhadap literasi yang dilakukan, apakah
seseorang dikatakan Belajar.
“Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”
Jadi adanya usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, tidak mungkin datang sendiri atau kepandaian itu datang jika tidak ada usaha. Usaha tersebut tidak terbatas pada tingkat IQ seseorang, siapapun bisa melakukan kecuali orang sudah masuk kategori idiot.
Belajar supaya bermakna harus fokus dan penuh konsentrasi. Lingkungan
yang nyaman juga sangat berpengaruh kepada hasil belajar.
Gaya belajar seseorang pasti berbeda, sangat tergantung kepada kecendrungan
dari karakternya. Dari pengalaman saya di lapangan dominan gaya belajar siswa
kinestetik. Kinestetik adalah gaya belajar yang menyentuh langsung dengan
instrumen praktik. Sebagai ilustrasi anak kecil yang tidak bisa membaca tetapi
tepat sasaran mengunduh berbagai tayangan hiburan di Handphone sesuai dengan
yang ia sukai. Jadi anak kecil tersebut menggunakan visual dan menyentuh.
Ada anak yang dominan gaya belajar visual saja, dengan menonton tayangan
layar kaca atau gedget maka berkesan bagi si anak dan tersimpan dengan baik di
memorinya.
Ada anak yang dominan dengan gaya belajar Audio, dengan mendengar dan
nyaman sehingga semua cerita bisa terekam dengan baik.
Dari ketiga gaya di atas persentase daya serap berbeda-beda, namun ada
rumus secara umum untuk mengukur daya seseorang dengan mengabaikan faktor gaya
belajar dan faktor noice lainnya.
Jika si A membaca sepuluh baris, dapat diserap semuanya atau secara
substansi dapat diingat semua maka daya serap si A 100%. Jika si A dapat
mengingat enam baris maka daya serap 60%, dan seterusnya. Tidak mesti hanya
beroefonan kepada jumlah baris secara tektual yang penting substansi dari
sebuah tek berapa persen yang dapat diingat.
Setiap orang pasti berbeda mutnya dalam ber literasi membaca, faktor
kenyamanan lingkungan sangat berpengaruh,
dimana tingkat konsentrasi menentukan kualitas daya serap. Andaikata
anda setuju dengan konsep untuk melihat daya serap di atas, ada cara untuk
memperbaiki daya serap menjadi lebih baik dengan metode komulatif ftekuensi.
Ilustrasi begini, jika anda membaca satu kali daya serap bisa 30%, bagaimana
jika diulang membaca sampai dengan tiga kali. Dengan demikian tidak mustahil
daya serap si A yang 30% bisa bersaing dengan daya serap si B yang 80%.
Proses pengulangan yang dilakukan berulang kali sebenarnya menambah
vitamin otak yaitu mempertebal mielin pada akson. Mielin membungkus akson,
semakin tebal bungkusan semakin lancar hantaran informasi dari bagian otak ke
bagian otak lain. Otak akan merespon dengan cepat jika informasi yang diterima
sudah pernah tersimpan, maka proses pengulangan informasi akan menjadi mielin
semakin tebal.
Merujuk kepada hasil penelitian Dr. Mariand Diamond yang melakukan penelitian selama 30 tahun masalah otak mengatakan bahwa Tidak terkecuali tua atau muda seorang anak manusia bisa berinteraksi dengan lingkungan belajar disebabkan proses pengulangan berulang kali terhadap suatu informasi. Pernyataan di atas dimuat dalam buku Quantum Learning yang ditulis oleh Bobbi DePorter dan MikebHernacki.
Air cucuran atap menetes diatas
batu, lama kelamaan akan menjadi lobang berupa lesung, itu terjadi karena
pengulangan yang tak terhingga. Akibat pengulangan
menyebabkan suatu objek yang tidak bergerak sekalipun akan berubah bentuk konon
lagi otak manusia yang memiliki lebih dari 15 juta sel.
Dengan demikian tidak ada alasan seseorang terhambat belajar dan
berinteraksi dengan lingkungan disebakan faktor umur.
Semua usaha dan upaya yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan,
kepandaian dan pengalaman dalam berlatih sehingga merubah perilaku yang tidak
tahu menjadi tahu disebut dengan belajar. Untuk memperebal zat Mielin dalam pada
cabang otak kita mari lakukan usaha, ikhtiar (pengulangan dan Latihan), berdoa
dan terakhir Tawakkal dengan harapan mendapat hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
dalam menuntut ilmu.
Demikian yang dapat saya bagikan kali ini, semoga bermanfaat. Saran,
kritik dan komentar anda sangat membantu lebih sempurna artikel masa mendatang.
Terimakasih
Referensi:
Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learnig, Membiasakan Belajar
Nyaman Dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa, 2000
0 Comments